Powered By Blogger

Sabtu, 22 Januari 2011

Teknologi Penangkapan Ikan Tuna

Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna merupakan ikan perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat penangkap ikan yang digunakan haruslah yang sesuai dengan perilaku ikan tersebut. Ada lima macam alat penangkap tuna, yaitu rawai tuna, huhate, handline. pukat cincin, dan jaring insang.

Rawai tuna (tuna longllne)
Rawai tuna atau tuna longline adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu tuna longliner biasanya mengoperasikan 1.000 – 2.000 mata pancing untuk sekali turun.
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan. sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
Umpan longline harus bersifat atraktif. misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).
Huhate (pole and line)
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang.
Tak heran jika alat ini sering disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif. Kapal akan mengejar gerombolan ikan. Setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal, lalu diadakan pemancingan.
Terdapat beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.
Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing.
Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemaneing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap.
Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal. Sedangkan pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.
Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus spp.).
Pancing ulur (handline)
Handline atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.).
Pukat cincin (purse seine)
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnya dipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan penangkapan tuna menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil.
Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk.
Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks.
Gafa et al. (1987) mengemukakan bahwa payaos selain berfungsi sebagai alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai penghambat pergerakan atau ruaya ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di sekitar payaos. Uktolseja (1987) menyatakan bahwa payaos dapat menjaga atau membantu cakalang tetap berada d lokasi pemasangannya selama 340 hari.
Jaring insang (gillnet)
Jaring insang merupakan jaring berben tuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jaring. Dinamakan jaring insang karena berdasarkar cara tertangkapnya, ikan terjerat di bagian insangnya pada mata jaring. Ukuran ikan yang tertangkap relatif seragam.
Pengoperasian jaring insang dilakuka secara pasif. Setelah diturunkan ke perairan, kapal dan alat dibiarkan drifting, umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Selanjutnya dilakukan pengangkat jaring sambil melepaskan ikan hasil tangkapan ke palka.

Alat Tangkap BUBU

A. Pendahuluan
Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “ guiding barriers “.
Dalam operasionalnya, bubu terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots).
Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan.
2. Bubu Apung (Floating Fish Pots).
Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan.
3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots).
Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan.
Disamping ketiga bubu yang disebutkan di atas, terdapat beberapa jenis bubu yang lain seperti :
  1. Bubu Jermal.
Termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang surut (tidal trap).
  1. Bubu Ambai.
Disebut juga ambai benar, bubu tiang, termasuk pasang surut ukuran kecil.
  1. Bubu Apolo.
Hampir sama dengan bubu ambai, bedanya ia mempunyai 2 kantong, khusus
menangkap udang rebon.
B. Konstruksi Bubu
Bentuk bubu bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical),gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting or-screen).
Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.
Ø Badan (body).
Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.
Ø Mulut (funnel).
Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar.
Ø Pintu.
Bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.
B.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan. Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, tinggi 75-100 cm.
B.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bentuk bubu apung ini bisa silindris, bisa juga menyerupai kurung-kurung atau kantong yang disebut sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang penggunaannya ada yang diletakkan tepat di bagian atasnya.
B.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Bubu hanyut atau “ pakaja “ termasuk bubu ukuran kecil, berbentuk silindris, panjang 0,75 m, diameter 0,4-0,5 m.
B.4. Bubu Jermal
Ukuran bubu jermal, panjang 10 m, diameter mulut 6 m, besar mata pada bagian badan 3 cm dan kantong 2 cm.
B.5. Bubu Ambai
Bubu ambai termasuk perangkap pasang surut berukuran kecil, panjang keseluruhan antara 7-7,5 m. bahan jaring terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terdiri dari empat bagian menurut besar kecilnya mata jaring, yaitu bagian muka, tengah, belakang dan kantung. Mulut jaring ada yang berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk empat persegi berukuran 2,6 x 4,7 m. pada kanan-kiri mulut terdapat gelang, terbuat dari rotan maupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang tersebut dimasukkan dalam banyaknya jaring ambai dan dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu deretan ambai terdiri dari 10-22 buah yang merupakan satu unit, bahkan ada yang mencapai 60-100 buah/unit.
B.6. Bubu Apolo
Bahan jaring dibuat dari benang nilon halus yang terdiri dari bagian-bagian mulut, badan, kaki dan kantung. Panjang jaring keseluruhan mencapai 11 m. Mulut jaring berbentuk empat persegi dengan lekukan bagian kiri dan kanan. Panjang badan 3,75 m, kaki 7,25 m dan lebar 0,60 m. pada ujubg kaki terdapat mestak yang selanjutnya diikuti oleh adanya dua kantung yang panjangnya 1,60 m dan lebar 0,60 m.
C. Hasil tangkapan Bubu
C.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll.
C.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Hasil tangkapan bubu apung adalah jenis-jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dll.
C.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan terbang (flying fish).
C.4. Bubu Ambai
Hasil tangkapan bubu ambai bervariasi menurut besar kecilnya mata jaring yang digunakan. Namun, pada umumnya hasil tangkapannya adalah jenis-jenis udang.
C.5. Bubu Apolo
Hasil tangkapan bubu apolo sama dengan hasil tangkapan dengan menggunakan bubu ambai, yakni jenis-jenis udang.
D. Daerah Penangkapan
D.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan.
D.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali dari kedalaman air.
D.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air.
D.4. Bubu Jermal dan Bubu Apolo
Dalam operasi penangkapan, kedua bubu di atas diletakkan pada daerah pasang surut (tidal trap). Umumnya dioperasikan di daerah perairan Sumatera.
D.5. Bubu Ambai
Lokasi penangkapan bubu ambai dilakukan antara 1-2 mil dari pantai.
E. Alat Bantu Penangkapan
Dalam operasi penangkapan, terdapat alat bantu penangkapan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Alat bantu penangkapan tersebut antara lain :
· Umpan.
Umpan diletakkan di dalam bubu yang akan dioperasikan. Umpan yang dibuat disesuaikan dengan jenis ikan ataupun udang yg menjadi tujuan penangkapan.
· Rumpon.
Pemasangan rumpon berguna dalam pengumpulan ikan.
· Pelampung.
Penggunaan pelampung membantu dalam pemasangan bubu, dengan tujuan agar memudahkan mengetahui tempat-tempat dimana bubu dipasang.
· Perahu.
Perahu digunakan sebagai alat transportasi dari darat ke laut (daerah tempat pemasangan bubu).
· Katrol.
Membantu dalam pengangkatan bubu. Biasanya penggunaan katrol pada pengoperasian bubu jermal.
F. Teknik Operasi (Sitting dan Hunting)
F.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Dalam operasional penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran
besar), bisa ganda (umumnya bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam
pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan
bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang atau diantara karang-karang
atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali
panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu ditinggalkan, untuk
kemudian diambil 2-3 hari setelah dipasang, kadang hingga beberapa hari.
F.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh melalui
tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan dengan
kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air.
F.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang
kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya
menjadi banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang akan
digunakan dalam penangkapan.
Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
  1. Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut.
  2. Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line).
  3. Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai + antara 60-150 m.
F.4. Bubu Jermal
Pada bubu jermal, operasi penangkapan dilakukan dengan menekan galah yang
terdapat pada kanan/kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut
kantung jaring terbuka. Bubu kemudian diangkat setelah dibiarkan 20-30 menit.
Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara
mengangkat bibir bawah ke atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah
kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan
tali pada ujung belakang kantong.
F.5. Bubu Ambai
Penangkapan dengan bubu ambai dilakukan pada waktu air pasang maupun surut.
Arah dari mulut jaring dapat dibolak-balik dihadapkan darimana datangnya arus.
Setelah 15-20 dari pemasangan, dapat dilakukan pengambilan hasil, yaitu dengan
mengangkat bagian bawah mulut ke permukaan air dengan mempertemukan bibir
atas dan bawah. Demikian seterusnya dilakukan hingga seluruh deretan ambai selesai
dikerjakan, kemudian dilakukan pembukaan tali-tali pengikat pada ujung belakang
kantung. Operasi penangkapan dilakukan 2-3 orang untuk tiap kali penangkapan,
tergantung banyak sedikitnya unit atau jaring yang dipakai.
F.6. Bubu Apolo
Pengoperasian bubu apolo dilakukan baik siang ataupun malam hari pada waktu
air pasang maupun surut. Pengoperasian apolo ini memerlukan 2-3 orang. Tempat
melakukan operasi penangkapan, yakni 1-2 mil dari pantai.
G. Hal-hal Yang Mempengaruhi Penangkapan
Dalam setiap operasi penangkapan nelayan harus memperhatikan hal-hal yang
mungkin akan mempengaruhi hasil tangkapannya.Antara lain factor adanya lampu
sebagai alat bantu atau mungkin rumpon.Selain hal tersebut diatas perlu
diperhatikan efektifitas penangkapan,sehingga perlu adanya perkiraan hari dan
hitungan bulan(apakah ini termasuk bulan terang ataukah termasuk bulan mati)
H.Sumber Bacaan
Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut di Indonesia.Nomor 50 Th. 1988/1989.
Edisi khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Alat tangkap Pole and Line

A. PENDAHULUAN
1 Definisi Alat Tangkap
Pole / Rod and line atau disebut biasa juga dengan “pancing gandar” karena pancing ini menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal ( rod or pole ). Jadi semua pancing yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line, walaupun terakhir salah kaprah karena sebutan pole and line hanya untuk penagkapan cakalang. Pada pengoperasiannya ia dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar ( true bait ) dalam bentuk mati atau hidup maupun umpan tipuan ( imitasi ).
2 Sejarah alat tangkap
Ikan tuna sudah dikenal manusia sejak zaman batu, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat penangkap ikan dengan menggunakan pancing dari tanduk dan perahu jukung kuno. Pada awalnya pole atau gandar terbuat dari bahan tradisional seperti bambu atau kayu namun seiring dengan kemajuan zaman, bahan pole atau gandar berkembang sehingga terbuat dari metal atau fiberglaas.
Di Jepang, pancing pertama dikenalkan pada abad 8 yang terbuat dari metal, dan kemudian ditemukan jaring untuk skipjack atau cakalang pada abad 12. Pada awalnya penangkapan ikan menggunakan pole and line menggunakan perahu jukung kemudian berkembang menjadi perahu dayung, perahu layar dan akhirnya berkembang menjadi kapal layar besar pada abad 19. Dan sekarang kapal pole and line sudah menggunakan mesin/motor yang modern.
3 Prospektif Alat Tangkap
Seperti yang telah diketahui Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, meliputi kurang lebih duapertiga dari seluruh luas wilayah negara. Disamping itu sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki 13.607 buah pulau. Dan memiliki kuranglebih 90.000 km garis pantai.
Lautan Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, beriklim tropis ternyata membawa konsekuensi kaya akan jenis-jenis maupun potensi sumberdaya perikanan. Untuk ikan saja diperkirakan ada 6000 jenis dimana 3000 jenis diantaranya telah diidentifikasikan
Sehubungan dengan hal diatas, penggunaan pole and line di Indonesia masih memiliki kesempatan yng besar karena wilayah Indonesia masih menyimpan potensi yang besar untuk perikanan tangkap, yaitu sekitar 1,8 juta ton pertahun (Kompas; 3-04-04 ) terutama di wilayah timur Indonesia seperti laut Arafura, laut Seram, laut Banda, dan laut Flores serta perairan lainnya seperti Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik dan Lautan Hindia.Namun demikian perlu adanya kewaspadaan akan terjadinya pencurian ikan oleh pihak asing. Menurut harian Kompas ( 3-04 2004 ), pada tahun 2003 sebanyak 144 kapal ikan asing tertangkap di perairan Indonesia dan 28 kapal diantaranya berada di Kalbar. Dan salah satu kelemahan utama penegakan hukum dilaut, menurut Rohmin adalah terlalu lemahnya proses hukum.
Untuk itu diperlukan ketegasan pihak keamanan di laut, agar kekayaan alam Indonesia dapat bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Dan pencanangan program Gerakan Nasional Memasyarakatkan Makan Ikan ( GEMARIKAN ) oleh presiden Megawati dan Menteri Kelautan dan Perikanan pada 4 April 2004 silam, diharapkan dapat meningkatkan konsunsi ikan untuk masyarakat Indonesia. Dengan demikian diharapkan pula akan meningkatkan harga ikan di pasaran. Dan alat tangkap pole and line menjadi salah satu alternatif alat tangkap yang menjanjikan.
B. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP
1. Konstruksi umum
Pole and line terdiri dari gandar yang bisanya terbuat dari bambu ( bamboes pole ), tali pancing dan mata pancing. Bentuk kapal pole and line memiliki beberapa kekhususan antara lain :
1. Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang digunakan sebagai tempat memancing.
2. Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih hidup.
3. Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.
Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untk kapal ukuran 20 GT dengan kekuatan 40-60 HP, tenaga pemancingnya berjumlah 22-26 orang, dengan ketentuan sebagai berikut 1 orang sebagai kapten, 1 motoris, 1-2 orang pelempar umpan, 1 orang sebagai koki dan sisanya sebagai pemancing.
2.Detail konstruksi
Panjang galah biasanya tergantung ukuran perahu yaitu semakin besar ukuran perahu yang digunakan, ukuran gandar / joran juga semakin panjang dan terbuat dari bambu maupun fiberglass karena ringan dan lentur Tali utama terbuat dari bahan nylon monofilament warna merah atau hijau dan panjangnya 2/3 dari panjang galah/ gandar.
Mata pancing untuk pole and line ini ada 2 macam yaitu yang berkait balik dan tidak berkat balik, namun yang sering digunakan adalah yang tidak berkait balik. Mata pancing ini diselipkan seakan akan disembunyikan pada umpan tiruan / palsu, sehingga tidak secara langsung kelihatan menyolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu umpan hidup atau masih segar. Penggunaan mata pancing ini hanya dilakukan kalau nantinya ikan yang akan ditamgkap tidak suka menyambar umpan tiruan.
3.Karakteristik
Pole and line atau pancing gandar ini memiliki beberapa jenis antara lain mackerel pole and line, skipjack pole and line dan squid pole and line atau pole and line untuk cumi-cumi. Dan berikut ini dalah penjelasannya:
1.Mackerel pole and line
Untuk di Jepang metode pemancingan ikan makarel yang efisien pada malam hari. Berat kapal sekitar 1-50 ton.Lama pelayaran dari satu malam hingga dua minggu. Nelayan lebih suka menggunakan galah bambu, buatan jepang, karena ringan dan lentur. Jarak galah biasanya 1,5 sampai 2 meter panjangnya tergantung ukuran perahu. Tali utama panjangnya hampir sama dengan panjang galah. Pengait atau ikan yng dipasang pada mata pancing dihubungkan dengan tali utama oleh tali mata pancing sepanjang 10-15 cm dan warnanya sama dengan tali utama. Ada dua jenis umpan ( untuk pengait dan untuk ditabur ) umpan untuk pengait yaitu terbuat daridaging makarel bagian luar dengan lebar 10mm, panjang 50-60 mm, dan tebal 2 sampai 3 mm. Untuk pemasangannya , bagian kulit di sisi dalam sedangkan bagian daging di sisi luar.
2.Skipjack pole and line
Pemancingan skipjack dengan pole and line di perairan jepang menggunakan tangkai bambu dengan panjang 4,5 sampai 6 meter unuk di jepang dan 3,5 sampai 4 meter untuk di kep pasifik dan Tahiti. Pada kapal skipjack ini biasanya memiliki banyak awak kapal namun dengan ditemukannya mesin untuk penangkapan cakalang maka mengurangi sejumlah awak kapal. Mesin yang digunakan untuk tiap-tiap kapal antara 4 sampai 12 unit mesin. Mesin ini dirancang untuk melakukan gerakan sebagai mana yang dilakukan nelayan, contohnya untuk menarik ikan dengan cara gerakan vertikal dari tangkai dan untuk membuka tangkapan ikan.
Sedangkan untuk ukuran kapal bervariasi antara 20 sampai 500 GT. Kapal yang berukuran lebih dari 70 GT terbuat dari baja, sedangkan yang kurang dari 60 GT terbuat dari fiberglass. Umpan hidup dari jenis ikan sardin sangatlah diperlukan, agar sardin tersebut teap hidup untuk masa 50-60 hari sampai kapal sampai di tempat pemancingan, maka sarden disimpan di tangki air laut dn air diganti 4 sampai 6 kali tiap jamnya oleh sistem sirkulasi air mekanik dengan pompa air laut.
3. Squid pole and line
Pemancingan ikan cumi- cumi dilakukan malam hari dengan bantuan lampu. Sepanjang operasi spanker digunakan untuk melawan angin. Ukuran kapal cumi-cumi ini bervariasi yaitu 2-3 GT untuk penagkapan di pantai dan 500 GT untuk laut bebas. Untuka kapal 100 GT biasanya memiliki awak kapal sejumlah 16-20 orang dengan waktu perjalanan 2 minggu hingga 2 bulan dan kecepatan 9-10 knots.
Di Indonesia sendiri terdapat bermacam-macam pancing gandar dan beberapa diantaranyayang penting adalah sebagai berikut
1. Huhate ( skipjack pole and line )
Alat ini banyak digunakan di wilayah Indonesia bagian timuer. Penangkapan dengan menggunakan pole and line tersebut dapat menggunakan kapal motor ( kapal motor khusus cakalang, yuna clipper ), tetapi untuk nelayan-nelayan kecil biasanya menggunakan perahu dayung ( rowing boat ) yang biasa disebut Funai dan atau Rurche. Alat pemancingnya sendiri bentuknya umum sepeti pancing cakalang pada umumnya. Umpan hidup yang digunakan terdiri dari sejenis ikan teri, sardin, selar, kembung, lolosi (Caesio spp ). Ikan-ikan umpan hidup ini biasanya diperoleh dari pengusaha penagkapan ikan umpan.
2. Pole and line dengan perahu dayung
Untuk nelayan skala kecil, penggunaan perahu motor memaang dirasa terlalu mahal biayanya, kecuali untuk perikanan industri. Bagi nelayan kecil penangkapan dengan pole and line dapat menggunakan perahu dayung ( rowing boat ). Di daerah kepulauan maluku bagian utara perahu yang digunakan disebut Bloto dengan panjang 7 m, lebar 1-1,25 m, dalam 0,5 m, menggunakan tenaga 4 orang, sedang untuk ukuran lebih besar menggunakan tenaga 6-8 orang. Sebagian nelayan daerah Ambon, Ceram, Banda juga ada yang menggunakan perrahu dayung yang disebut Arambai, yang berukuran panjang 10 m, lebar 1-1,25m, dalam 0,50 m. tenaga yang diperlukan sejumlah 14 orang yaitu 7 orang pemancing, 5 orang pendayung dan 2 orang pengumpan.
3. Beberapa tipe pancing gandar
Ø Pancing kakap
Suatu pancing yang dikhususkan memancing ikan kakap. Gandar berukuran panjang 4 m. pancing ini menggunakan umpan hidup, biasanya lundu ( Macrones gulio ) yang diperoleh dari hasil menjala. Cara menggunakan umpan ini adalah dengan memasukkan ujung mata pancing tepat dibawah kepala dibawah tulang punggung atau di atas irip dada. Lokasi penagkapan yaitu I pantai, muara sungai, dan dekat pelabuhan. Hasil tangkapan terutama ikan kakap. Daerah distribusi di Merauke, Kaimana, Agat, muara sungai Mapi dan Digul.
Ø Pancing bobara
Pancing bobara mempunyai panjang joran 3-3,5 m, berdiameter 2cm pada bagian pangkalnya dan 0,75 m pada ujungnya. Tali pancing sepanjang m dibuat dari bahan nilon atau senar (plastik ). Pada ujung tali pancing diikat dengan kawat tembaga ( panjang 25 cm )kemudian disambung lagi dengan kawat no 1 yang panjangnya 10 cm dan baru pada ujung kawat ini dikaitkan mata pncing ( no 6 ). Pada waktu penangkapan pancing ini menggunakan umpan hidupdari jenis tembang atau japuh yang diperoleh dari hasil menjala. Lokasi penagkapan dilakukan di pantai-pantai dimana banyak terdapat karang-karang. Hasil tangkapan kecuali bobara (Carank spp ), juga ikan – ikan besar lainnya seperti kerapu ( Ephinephelus, spp ), dan lain=lainnya. Penangkapan dengan menggunakan bobara banyak ditemukan di daerah perikanan sekitar Gorontalo.
Ø Pancing Tandipang
Mata pancing yang digunakan untuk mata pancing tandipang, berukuran yang paling kecil dan idak berkait balik, dan dalam pengoperasiannya menggunakan umpan yang terdiri dari udang halus atau udang rebon. Penangkapan dilakukan dengan bedramai-ramai. Biasanya terdiri dari 15-20 perahu yang berukuran panjang 5m, lebar 0,5 m, dalam 0,45 m dan dilengkapai dengan katir / sema bila telah ditemukan kawanan ikan tembang, kemudian sebelum melakukan pemancingan ditaburi dulu dengan udang halus. Sementara pancing yang telah diberi umpan dilemparkan ke dalam airdan umumnya segera disambar. Umpan yang telah disambar ini dengan cepat diangkat ke atas perahu. cara pemancingan ini sama dengan pole and line tapi khusus untuk ikan kecil. Distibusi dari pancing ini adalah di daerah perikanan sekitar Gorontalo.
4. . Gambar tehnis
a. Pancing ini digunakan untuk menangkap blue fin tuna di Gulf of Biscay, Prancis
¨ Diameter pole 30 mm
¨ Panjang pole 1,35 m
¨ Yaps,d : 4 , spread : 20
¨ Tali mata pancing: PA MONO, d : 0,6 – 0,8
b. Pancing untuk Mackerel dari Jepang
¨ Pole dari bambu 1,5 – 2 m
¨ Tali pancing : PA MONO, d: 0,52 , panjang : 1.5 – 2 m
¨ Umpan : sayatan daging ikan 50 – 60 mm
¨ Shank : 41 – 47, spread : 14 – 18
c. Pancing untuk tuna digunakan di daerah kep Fiji, Samudera Pasifik
¨ Pancing dengan 1 pole untuk ikan < 8 KG
¨ Pancing dengan 2 pole untuk ikan > 8 kg
¨ Pole dari bambu panjang 3,20 – 3,40 m, d : 45
¨ Tali pancing, PA MONO, d : 1,65 ,panjang 2,60 m
¨ A = gbr hubungan pole dg tali pancing
¨ B = gbr hubungan tali pancing dg tali mata pancing
¨ C = Tempat memegang pole
¨ D = Mata pancing dengan umpan palsu
5.Bahan dan Spesifikasinya
Ø Gandar
Untuk nelayan jepang yang menggunakan pole and line sebagai alat tangkapnya merek biasanya menggunakan gandar dari bambu,karena disamping ringan juga lentur. Selain itu ada juga yang menggunakan fiberglass untuk dipakai joran/ gandar, namun harga fiberglass ini lebih mahal dari bambu.
Ø Tali pancing
Tali pancing bisanya menggunakan PA atau polyamide dan ada juga yang menggunakan benang / nylon monofilament dan senar plastik seperti nelayan di daerah Ambon dan kepulauan Maluku lainnya.
Ø Tali mata pancing
Tali mata pancing yaitu tali yang menghubungkan pancing dengan tali pancing, biasanya terbuat dari kawat ( wire ) baja.
Ø Umpan
Umpan yang digunakan untuk pole and line ini terdiri dari dua jenis yaitu umpan benar ( true bait ) dan umpan imitasi. Untuk umpan benar biasanya menggunakan ikan yang masih hidup yaitu dari jenis ikan teri, sardin, selar, kembung, dan lolosi yang biasanya didapat dari pengusaha penagkapan ikan umpan. Sedangkan umpan imitasi dapat digunakan bulu ayam atau umpan palsu yang memang sudah dibuat secara komersil dan telah tersedia di pasaran.
Ø Kapal
Para nelayan tradisionl di Indonesia dalam operasinya masih menggunakan kapal kayu, karena disamping bahan lebih mudah didapat tapi juga harganya lebih murah.
Sedangkan untuk nelayan dari jepang dapt dibedakan menjadi dua yaitu untuk kapal dengan ukuran kurang dari 60 GT dibuat dari fiberglass, sedangkan yang lebih dari 70 GT dibuat dari baja.
Memancing dilakukan di haluan kapal, sedangkan semprotan air terletak di luar pagar kapal. Untuk ruangan ikan dilapisi dengan kayu, namun karena terjadi kebocoran maka plat kayu diganti dengan lapisan palt baja setebal 4,5 sampai 6 milimeter.
C. HASIL TANGKAPAN
Pada penagkapan ikan dengan menggunakn pole and line ini, hasilnya antara lain :
Ø Skipjack / cakalang ( Katsuwo pelamis )
Ø Albacore ( Thunnus alalunga )
Ø Mackerel ( Auxis tazard )
Ø Bullet Mackerel ( Auxis rochei )
Ø Bonito timur ( Sarda orientalis )
Ø Kakap (Lates calcarifer )
Ø Ikan-ikan pelagis kecil seperti Euthynnus spp dan Euthynnus affinis.
Ø Dll
D. DAERAH PENANGKAPAN
Daerah penagkapan untuk tuna dipengaruhi oleh arus dan suhu perairan. Setaip jenis tuna memiliki suhu optimum, diantaranya
1. Blue fin tuna dan Albacore suhu optimum berkisar 15- 21C
2. Skipjack tuna ( cakalang , suhu optimum 19 -24C
3. little tuna ( tongkol ), suhu optimum 17-24 C.
Di perairan Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole and line banyak terdapat di wilayah Indonesia timur seperti Minahasa, Gorontalo, Air tembaga, Ambon, Bacan, Banda, Teratai dan Sorong.
Sedangkan daerah penangkapan ikan dunia dengan menggunakan pole and line sebagai berikut
1. Antara lintang 40LU dan 40LS yaitu daerah kep Hawiai, Chilli, North Island , dan zona ekuator lainnya.
2. Daerah kepulauan Hokkaido dan Filipina.
3. Samudera Atlantic dan Laut Mediterania
E. ALAT BANTU PENANGKAPAN
Dalam pengoperasian pole and line, diperlukan alat bantu penengkapan yang berguna unuk membantu mengumpulkan kawanan ikan atau untukk membantu dalam kelancaran operasi penangkapan.
Alat bantu tersebut antara lain :
1.Jaring tangguk / seser
jaring tangguk berguna untuk memojokkan umpan ke suatu sudut agar mudah di tangguk dengan churchill. Sedangkan seser yang besar berguna untuk memindahkan umpan hidup ke ember dan seser kecil digunakan untuk menyebar umpan
2.Penyemprot air
Penyemprot air yang erbuat dari pipa dan erletak di bagian tepi kapal yitu dibawah para-para . penyemprot air ini bergna untuik menyemprotkan air ke arah kawanan ikaan agar kawanan ikan tersebut mengira air yang jatuh adalah umpan yang disebar sehingga mudah untuk ditangkap/ dipancing.
4. Ember
Digunakan untuk menampung umpan hidup sebelum dipindah ke seser keciluntuk disebar
5. Mesin pemancing
Mesin pemncing ini teretak pada bagian pinggir lambung kapal. Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan mesin ini lebih efektif dari tenaga manusia.
6. Rumpon
Rumpon ini berguna untuk mengumpulkan kawanan ikan dan harus dipasang jauh hari sebelum operasi penangkapan, jadi tidak perlu menggunakan ikan hidup sebagai umpan namun semprotan air masih harus terus digunakan.
F. TEHNIK OPERASI
¨ Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan sebelum kapal berangkat untuk mencari gerombolan ikan / fishing ground.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
§ Merangkai alat pancing
§ es / freon yang digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan agar lebih awet
§ umpan hidup, biasanya menggunakan ikan teri yang diperoleh dari hasil menjla sendiri atau membeli dari pengusaha ikan umpan
§ ember, kaleng, jaring tangguk, seser yang berguna untuk membantu kelancaran operasi penagkapan yaitu untuk menyebarkan umpan
§ joran / gandar yang telah dirangkai sesuai dengan sejumlah pemancing besreta cadangannya.
§ Bahan bakar untuk berangkat dan kembali dari Fishing Ground
§ Bahan Makanan untuk anak buah kapal
§ Dan alat- alat lain yang dapat membantu kelancaran operasi penangkapan
¨ Mencari Fishing Ground
1. Mencari gerombolan ikan
Setelah semua alat yang diperlukan dalam operasi penangkapan disiapkan, dilakukan pencarian gerombolan ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-kemari ( manouvere ) dan dengan memperhatikan kawanan burung laut atau ke tempat rumpon yang telah disiapkan sebelumnya
¨ Pemancingan
Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih udah dijangkau oleh pancing. Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak terbuang, maka kran penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-loncat kemudian dipancing.
Kegiatan pemncingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke atas permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat diangkat melalui atas kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting. Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and line dimana setelah ikan terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan dari mata pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan si pemancing.
G. HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI OPERASI PENANGKAPAN
Pada penangkapan ikan dengan menggunakan pole and line ini hasil tangkapan dipengaruhi oleh
1. Kelengkapan alat bantu penangkapan
Apabila alat bantu penangkapan yang diperlukan tidak lengkap dapat menghambat operasi penangkapan, sehingga mempengaruhi hasil tangkapan
2. Waktu Penangkapan
Penangkapan dengan pole and Line ini juga tergantung dari waktu penangkapan. Waktu yang optimal yaitu pukul 09.00 dan 15.00.
3. Faktor politik
Yaitu mengenai kebijakan pemerintah yang menyangkut perikanan dan kelautan
4. Keahlian memancing
Keahlian memancing ini mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh. Keahlian dibagi 3 yaitu :
Ø Kel 1 : 12-15 ekor / mnt
Ø Kel2 : 7-12 ekor / mnt
Ø Kel 3 0-7 ekor / mnt

DAFTAR PUSTAKA

Arthur Bowber, Nedeelec. 1976.Fisherman’s Manual.England
Kanagawa, Nomura.. Outline of Fishing Gear and Method.International
Fisheries Training Centre. Japan
Kristjhonson, Hilmar.1959. Modern Fishing Of The World. Roma,Italy
Tsudani, Toshito.1983. Illustration of Japanese Fishing Boats. Tokyo,Japan