Powered By Blogger

Sabtu, 18 Desember 2010

Pengertian Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat agar dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau rencananya. Penyuluhan dengan demikian merupakan suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan diluar sistem persekolahan yang biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakannya sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri (Kartasapoetra, 1991).

Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluhan dan sasarannya berdasarkan hubungan penyuluhan kesasarannya, metode penyuluhan dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a. Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat media tertentu (telepon, faksimili) yang memungkinkan penyuluhan dapat berkomunikasi secara langsung (memperoleh respons) dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat.
b. Komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain, lewat surat atau media yang lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat menerima respon dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat (Mardikanto, 1994).

Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa penyuluhan baik Penyuluhan Pertanian Spesialis (PPS) maupun Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) belum mendapatkan informasi hasil penelitian yang mereka perlukan secara kesinambungan. PPS yang sebagian dari tugasnya diharuskan untuk melatih PPL secara teratur merasakan kurangnya informasi hasil penelitian untuk mendukung kegiatan itu yang akhirnya berlanjut kepada kurang efektifnya latihan dan kunjungan PPL ke petani. Penelitian sering pula dinilai kurang efektif karena tidak langsung berkaitan dengan masalah lapangan yang dihadapi oleh petani dan penyuluh. Peneliti kurang menerima umpan balik yang mereka perlukan untuk menyusun program penelitian, kondisi ini secara jelas memperlihatkan belum memadainya keterkaitan antara penelitian dan penyuluhan (Anonim, 1992).

Didalam kenyataannya, kualifikasi penyuluhan tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya, bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan. Seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluhan yang dilakukan. Karena itu penyuluhan yang baik, sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan seorang penyuluh akan bertugas di wilayah kerja yang memiliki kesenjangan sosial budaya yang telah dimilikinya (Mardikanto, 1994).
Ragam materi yang perlu disiapkan dalam setiap kegiatan penyuluhan mencakup :
1. Kebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan pertanian (baik dari tingkat pusat maupun sampai di tingkat lokalitis), seperti pola kebijakan umum pembangunan pertanian, kebijakan harga dasar atau penyaluran kredit.
2. Hasil-hasil penelitian atau pengujian dan rekomendasi teknis yang dikeluarkan untuk instansi yang berwenang.
3. Pengalaman petani yang telah berhasil.
4. Informasi pasar seperti harga barang, penawaran dan permintaan
(Mardikanto, 1994).
Dalam bahasa Belanda digunakan kata “voorlichting“ yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak. Indonesia misalnya, mengikuti cara Belanda menggunakan kata penyuluhan, sedangkan Malaysia yang dipengaruhi bahasa Inggris menggunakan kata perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan sebagai pemberian saran atau beratung yang berarti seorang pakar dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya (Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Kegiatan penyuluhan sebenarnya bukanlah sekedar penyampaian informasi dan menerangkan segala sesuatu yang perlu kita terangkan kepada masyarakat, akan tetapi penyuluhan bertujuan agar masyarakat benar-benar memahami, menghayati dan atas kesadarannya sendiri mau menerima, menerapkan dan melaksanakan sesuatu yang terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi, keluarga, dan masyarakatnya serta kemajuan bangsa dan negara. Dapat dikatakan, penyuluhan bukanlah kegiatan pengubahan perilaku melalui pemaksaan atau ancaman-ancaman, tetapi penyuluhan adalah upaya pengubahan perilaku melalui proses pendidikan, sehingga kegiatan penyuluhan sungguh tidak gampang, tetapi memerlukan ketekunan, kesabaran, menuntut banyak waktu, tenaga, biaya dan merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan (Anonim, 1991).
Pada unit yang paling kecil di daerah pedesaan, pendekatan berdasarkan kelembagaan dalam proses adopsi inovasi adalah melalui lembaga yang disebut dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Di BPP ini ada sejumlah penyuluh pertanian, mereka merencanakan dan membuat programa penyuluhan, kemudian dituangkan dalam praktek, misalnya melalui Demonstrasi Plot (Demoplot), Demonstrasi Farm (Demfarm), Demonstrasi Area (Demarea), atau melalui cara lain. Selanjutnya oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan pembantu-pembantunya ditingkat desa, yaitu para kelompok tani, maka informasi tersebut diteruskan kepara petani, apakah melalui cara kunjungan, rapat atau lainnya (Soekartawi, 1992).
Dalam prakteknya penempatan penyuluh dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Penyuluh lapangan yaitu seorang penyuluh ditempatkan di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP).
2. Penyuluh tingkat kecamatan yang ditempatkan di Balai Penyluhan Pertanian (BPP).
3. Penyuluh tingkat kabupaten yang ditempatkan di Dinas Lingkup Pertanian Dati II.
4. Penyuluh tingkat provinsi yang ditempatkan di Dinas Lingkup Pertanian Dati I maupun Balai Informasi Pertanian.
5. Penyuluh tingkat nasional yang ditempatkan di Badan Pengendalian Bimas
(Suhardiyono, 1992).
Salah satu unsur utama yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat adalah lemahnya komunikasi antara penyuluh dengan masyarakatnya, karena kurang adanya kontak pribadi yang disebabkan oleh :
1. Bentuk komunikasi yang paling efektif adalah tatap muka.
2. Kebutuhan serta kemampuan masyarakat bawah umumnya bersifat situasional dan bersifat individual (orang per orang).
3. Semua kegiatan dan bantuan, cenderung diawasi oleh pemerintah atau penyedia sumber dana yang sering membatasi ruang gerak dan kelincahan penyuluh
(Mardikanto, 1991).
Sistem penyuluhan akan sangat tidak efektif bila terdapat kekurangan-kekurangan teknis seperti kurangnya informasi, dan teknologi yang memadai yang bisa disampaikan ke petani. Selain itu adanya kekurangan staf dan model penyuluhan menyangkut penyebaran informasi dan teknik penyampaian adalah contoh dari faktor penghambat kelancaran penyuluhan (Bayer et al, 1999).
Pustaka (source/References) :
Anonim. 1992. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gaya Teknik Offset. Bogor.
Anonim. 1991. Seminar dan Lokakarya Penyuluhan Pertanian. LP3M. Sukoharjo.
Bayer, et al. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Bandung.
Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Mardikanto, Totok. 1994. Persiapan dan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Mardikanto, Totok. 1994. Dasar-dasar Teori Penyuluhan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Mardikanto, Totok. 1994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Mardikanto, Totok. 1991. Komunikasi Pembangunan. UNS Press. Surakarta.
Soekartawi. 1992. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.
Soehardiyono, L. 1992. Penyuluhan Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Van den Ban, A.W dan Hawkins, H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.

Minggu, 12 Desember 2010

Teknik Pembuatan Puding Rumput Laut

Cara membuat puding rumput laut yaitu dengan merendam rumput laut kering yang telah dipotong-potong. Kemudian direbus dengan susu, gula, air, vanila dan pasta sampai mendidih kemudian tuangkan dalam cetakan.
Alat-alat yang dibutuhkan antara lain :
  • Kompor
  • Panci
  • Pisau
  • Loyang
Bahan-bahan yang digunakan
  • Rumput laut 50 g
  • Air
  • Gula pasir 200 g
  • Susu kentai manis 1 kaleng
  • Garam
  • Essence 1 g
  • Pewarna 1 g
Cara pembuatan puding rumput laut :
  • Rumput laut kering dipotong-potong lalu dicuci sampai bersih dan kemudian direndam selama 1 malam
  • Rumput laut yang telah direndam kemudian direbus dalam air dan susu dengan perbandingan minimal 250 ml susu untuk 1 kg rumput laut
  • Ditambahkan sedikit gula, essence, garam, dan pewama
  • Setelah mendidih, segera di angkat dan dituangkan kedalam loyang cetakan
  • Didinginkan di dalam lemari es.
  • Selanjutnya siap untuk dikonsumsi